Ada perbedaan mendasar mengenai Hari
Jadi antara Kabupaten Cirebon dengan Kota Cirebon. Kota Cirebon membuat acuan
berdirinya Cirebon tanggal I Muharrom 1445 M, saat Cakra Buana membuka Dukuh
Tegal Alang-Alang. Sedangkan Kabupaten Cirebon mengacu pada deklaeasi Pemisahan
Diri Cirebon dari Pajajaran, yakni tanggal 12 Shofar 887 H atau 2 April 1482 M.
Sejarah Cirebon menurut berbagai pihak di Cirebon adalah berarti sejarah Indonesia dan sejarah umat Islam. Setidaknya itu adalah anggapan Tim Pemurnian Sejarah Cirebon, seperti yang diungkapkan Kartani dan Kaenudin. Menurut mereka Belanda di Cirebon tidak hanya merusak Aqidah Islam tapi juga sejarah Islam di Cirebon. Menurut Prof. A. Hasjmy, sejarah umat Islam dan Indonesia telah diputarbalik oleh Belanda dan musuh-musuh Islam, begitu juga pendapat H. Alamsyah Ratu Prawiranegara tahun 1981. Sehingga Prof. Mr. MM Djojodigoeno menekankan penting penyelidikan sejarah dilakukan oleh bangsa sendiri untuk mendapatkan obyektifitas.
Sejarah Cirebon menurut berbagai pihak di Cirebon adalah berarti sejarah Indonesia dan sejarah umat Islam. Setidaknya itu adalah anggapan Tim Pemurnian Sejarah Cirebon, seperti yang diungkapkan Kartani dan Kaenudin. Menurut mereka Belanda di Cirebon tidak hanya merusak Aqidah Islam tapi juga sejarah Islam di Cirebon. Menurut Prof. A. Hasjmy, sejarah umat Islam dan Indonesia telah diputarbalik oleh Belanda dan musuh-musuh Islam, begitu juga pendapat H. Alamsyah Ratu Prawiranegara tahun 1981. Sehingga Prof. Mr. MM Djojodigoeno menekankan penting penyelidikan sejarah dilakukan oleh bangsa sendiri untuk mendapatkan obyektifitas.
Khusus
masalah sejarah Cirebon, Tim pemurnian Sejarah Cirebon dalam suratnya bernomor
01/TPSC/IX/2005 yang ditujukan pada para pimpinan daerah dan para tokoh Cirebon
menyatakan bahwa sejarah Cirebon telah dimanipulasi oleh bangsa sendiri (Wong
Cherbon), yang mengakibatkan terjadinya sejarah peteng (gelap). Anggota tim ini antara lain Ki Kuwu Abadi, Ketua
Forum Komunikasi Kuwu Bersatu Kabupaten Cirebon, Ki Kartani sejarawan Cirebon,
Drs. R. Udin Kaenudin, Msi yang menyatakan diri keturunan pendiri Cirebon (P.
Cakrabuana), Pangeran Makmur S.Sos, Sesepuh Martasinga Wargi Kasultanan Cirebon
dan Ahmad Jazuli dari LSM Tunas Nusantara.
Dari
sumber literatur dalam negeri, disebutkan pada hari Jum’at kliwon tanggal 14
Kresna Paksa Cetra Masa 1367 Saka diperkirakan tahun 1445 Masehi, Pangeran
Walangsungsang Putra Raja Pajajaran Sri Beduga Maha Raja atau Prabu Siliwangi,
mulai membuka hutan bersama 52 orang penduduk dipesisir utara Jawa. Tempat itu
kemudian disebut dukuh Tegal Alang-alang yang makin lama menjadi ramai,
sehingga karena adanya interaksi sosial yang tinggi, datanglah para pedagang dan
orang-orang untuk menetap, bertani dan menjadi nelayan.
Dukuh Tegal Alang-alang kemudian diberi nama Desa Caruban karena penduduknya dari berbagai suku bangsa, Caruban berarti campuran. Sumber-sumber Barat yang monumental seperti catatan Tome Pires (Portugis) menyebut Cirebon dengan Corobam, dalam catatannya Pires mengatakan Corobam adalah pelabuhan yang ramai dikunjungi saudagar-saudagar besar dan sentra perdagangan yang merupakan bagian wilayah Kerajaan Sunda. Sumber-sumber Belanda menyebutnya Charabaon (Rouffaer) Cheribon atau Tjerbon (Kern). Dan dari sumber lokal didapat penyebutan Sarumban, Carbon, Caruban, Cherbon bahkan Grage.
Masyarakat
kemudian memilih Ki Danusela yang disebut Ki Gedeng Alang-alang selaku penguasa
Tegal Alang-alang sebagai Kuwu Carbon I, sedangkan Pangeran Walangsungsang
sebagai Pangraksa Bumi dengan gelar Ki Cakra Bumi. Pada tahun 1447 Ki Danusela
meninggal dan Ki Cakra Bumi dipilih masyarakat untuk menggantikannya sebagai
Kuwu Carbon II dengan sebutan Pangeran Cakra Buwana. Sebelum membuka Dukuh
Tegal Alang-alang Pangeran Walangsungsang dan para pengikutnya telah lebih dulu
masuk Islam.
Oleh
karena itu perlu juga dikemukakan beberapa masalah sebelumnya yakni, beberapa
kerajaan dan Keraton yang pernah ada di wilayah Cirebon. Beberapa Kerajaan dan
keraton itu antara lain, Kerajaan Indraprahasta, Keraton Carbon Girang, Keraton
Singapura, Keraton Japura dan Keadipatian Palimanan dibawah Pemerintahan
Keraton Rajagaluh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar